Nota Anak Ogik
Meneroka Maklumat Mengenai Dunia Bugis di Internet.
Saturday, January 5, 2019
Monday, October 24, 2016
Arung, Topanrita, dan Anregurutta dalam Masyarakat Bugis Abad ke-20
Kertas Kerja Bertajuk Arung, Topanrita, dan Anregurutta dalam Masyarakat Bugis Abad ke-20.
Bagaimana idealnya seorang cendekiawan bersikap terhadap kekuasaan? Ada yang berpendapat, cendekiawan seharusnya tidak terlibat dalam kekuasaan. Yang lain melihat cendekiawan bisa berperan ganda; sebagai otoritas birokratik yang baik sambil tetap berperan sebagai intelektual yang teguh memelihara kejernihan idealisme dan bersikap kritis terhadap kenyataan sosial di luar ling-kungan birokrasi. Namun demikian, karena cendekiawan (intellectual) pada dasarnya lebih merupakan kapasitas dan kualitas ketimbang status dan posisi, cendekiawan dan kekuasaan memang tidak perlu diposisikan secara dikotomis. Dengan menggunakan perspektif Antony D. Smith, yang melekatkan istilah intellectual untuk “ a type of personality and mental attitude,”1 dapat dikatakan bahwa kecen-dekiaan adalah kapasitas pribadi yang bisa dimiliki oleh siapa pun sekaligus sebagai akumulasi peran seseorang di bidang-bidang non-intelektual, termasuk birokrasi...LAGI...
>>>>>>>>>>>
Bagaimana idealnya seorang cendekiawan bersikap terhadap kekuasaan? Ada yang berpendapat, cendekiawan seharusnya tidak terlibat dalam kekuasaan. Yang lain melihat cendekiawan bisa berperan ganda; sebagai otoritas birokratik yang baik sambil tetap berperan sebagai intelektual yang teguh memelihara kejernihan idealisme dan bersikap kritis terhadap kenyataan sosial di luar ling-kungan birokrasi. Namun demikian, karena cendekiawan (intellectual) pada dasarnya lebih merupakan kapasitas dan kualitas ketimbang status dan posisi, cendekiawan dan kekuasaan memang tidak perlu diposisikan secara dikotomis. Dengan menggunakan perspektif Antony D. Smith, yang melekatkan istilah intellectual untuk “ a type of personality and mental attitude,”1 dapat dikatakan bahwa kecen-dekiaan adalah kapasitas pribadi yang bisa dimiliki oleh siapa pun sekaligus sebagai akumulasi peran seseorang di bidang-bidang non-intelektual, termasuk birokrasi...LAGI...
>>>>>>>>>>>
Friday, April 29, 2016
The Bugis Merchant Haji Mohamad Said La Chongkeng bin Daeng Patompo’
Haji Mohamad Said bin Daeng Patompo’ merupakan cucu kepada Daeng Tadeleh, saudagar Bugis dan pemilik kapal yang kaya di Kalimantan. Terdapat 2 perbezaan yang ketara antara Haji Mohamad Said dengan saudagar-saudagar Bugis yang awal di Singapura. Yang pertama, Haji Mohamad Said mengumpul modal bukan dengan menjalankan perdagangan antarabangsa dengan berlayar ke seluruh pelosok Alam Melayu, seperti yang dilakukan oleh Daeng Passendrik dan Haji Omar. Yang kedua, Haji Mohamad Said lebih menumpukan pelaburannnya dalam bidang perladangan dan sebahagian kecil dalam bidang perumahan...LAGI....
>>>>>>>>>>>>
CATATAN AO
Lihat Link Berikut @
The Bugis Merchant Haji Osman Daeng Passendrik Ambo’ Dalle’ bin Haji Ali
Nama Daeng Passendrik tidak terkenal
seperti Ambo Sooloh (yang dikenali sebagai Municipal Commissioner mewakili
masyarakat Melayu Singapura) dan ayahnya Haji Omar Ambo Dai’ [Ambok Daik] bin
Ali, seorang lagi hartawan Bugis asal Wajo yang berjaya di Singapura. Namun
beliau, yang bersaudara dengan Haji Omar yang baru disebutkan, merupakan
seorang jutawan Bugis yang terawal serta memiliki hartanah yang banyak di
Singapura meliputi rumah kedai dan kediaman di merata Kampong Rochor. Pada
tahun 1899, Daeng Passendrik telah digelar “wealthy Bugis merchant” oleh
suratkhabar Singapore Free Press and Merchantile Advertiser....LAGI.....
>>>>>>>>>>>
CATATAN
AO.
Ikuti
Link Berikut @
Saturday, March 12, 2016
Sistem Fonologi Bahasa Bugis
Sistem Fonologi Bahasa Bugis
Tujuan Penelitian Untuk Mengenalpasti Sistem Fonologi Bahasa Bugis @
http://www.slideshare.net/heidykaeni/fonologi-bahasa-bugis
Tujuan Penelitian Untuk Mengenalpasti Sistem Fonologi Bahasa Bugis @
http://www.slideshare.net/heidykaeni/fonologi-bahasa-bugis
Wednesday, February 10, 2016
Prilaku Politik Orang Bugis Dalam Dinamika Politik Lokal
Proses politik merupakan awal berangkatnya peradaban Bugis-Makassar. Konsep ini dapat dilihat dari fakta sejarah bahwa
hampir semua kerajaan atau sistem pemerintahan di Bugis dan Makassar terbangun dari adanya perjanjian politik antara
kelompok (Anang) dalam wilayah pemukiman masing-masing (Wanua) untuk mengangkat To Manurung sebagai pemimpin
atau raja mereka. Seperti di Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa, Kerajaan Bone, Kerajaan Pammana, Kerajaan Soppeng, Kerajaan
Sinjai, dan Kerajaan Toraja meyakini bahwa founding fathers kerajaannya adalah To Manurung. (Mattulada,1975 dan 1998,
Laica Marzuki,2005, Pelras, 2006)...LAGI...
>>>>>>
CATATAN AO
Lihat Link Berikut @ file:///Users/mdsalleh/Downloads/AAhmadYani.pdf
>>>>>>
CATATAN AO
Lihat Link Berikut @ file:///Users/mdsalleh/Downloads/AAhmadYani.pdf
Saturday, January 9, 2016
Islam & Adat : Tinjauan Akulturasi Budaya Dan Agama Dalam Masyarakt Bugis
Kajian Islam dan adat menjadi wacana untuk melihat bagaimana
perjumpaan antara agama dengan budaya lokal. Perkembangan
terkini menunjukkan adanya harmoni dan interaksi diantara
keduanya. Sehingga ada proses akulturasi dalam menampilkan
praktik beragama pada kehidupan sehari-hari.
...LAGI....
>>>>>
CATATAN AO
Lihat Link Berikut @ http://download.portalgaruda.org/article.php?article=149700&val=5898
...LAGI....
>>>>>
CATATAN AO
Lihat Link Berikut @ http://download.portalgaruda.org/article.php?article=149700&val=5898
Subscribe to:
Posts (Atom)